Kamis, 14 Agustus 2014

Timnas U-19 dan pelatih kampungan

Bicara perubahan, masing-masing yg tersirat di kepala kita adalah peningkatan kualitas dari sebelumnya. Tapi itu hanya dibenak masing-masing dari kita saja, sering kali implementasi jauh dari apa yg diharapkan. Bahkan, dalam banyak kesempatan, perubahan yg kita lakukan sering kali berbanding terbalik dari apa yg kita harapkan.
Itulah yg terjadi pada Timnas U-19 pujaan bangsa Indonesia saat ini. Alih-alih menjadi lebih baik setelah berhasil juara AFF dan kualifikasi Piala Asia, permainan anak-anak justru menurun ke titik nadir paling rendah. Di tahan imbang Malaysia U-21 B, dipermak 3-1 Brunei dan dipermalukan 3-1 dari Vietnam U-19 hingga jeda tanpa bisa berbuat apa-apa adalah buktinya.
Sudah bukan rahasia lagi, bahwasa nya tim ini menjadi anak emas PSSI dengan segala program-programnya. Dengan semua dukungan yg diberikan PSSI, lantas kenapa Indra Sjafri tidak mampu menangani tim ini. Jawaban yg tepat menurut penulis adalah, Indra Sjafri tidak memiliki potensi akan itu, bahkan terlalu kampungan untuk menangani tim yg diproyeksikan untuk turnamen sekelas Piala Dunia. Kenapa, karena Indra Sjafri hanya seorang pelatih aji mumpung, tidak punya prestasi sebelum membesut Timnas U-19. Bisa dilihat pasca Timnas berhasil lolos ke Piala Asia, otomatis tidak ada gebrakan yg cukup signifikan dari beliau selain berkonflik dengan anak asuhnya sendiri, seperti Gavin Kwan Adhasit. Beliau (Indra Sjafri) juga terkenal dgn gayanya yg songong, angkuh dan sombong, inilah yg saya sebut beliau sebagai pelatih kampungan.
Jadi, dengan permainan seperti ini dan kualitas pelatih yg juga seperti ini, sudah selayaknya kita mengubur dalam-dalam harapan kita melihat Timnas kita berlaga di Piala Dunia U-20 tahun depan.
Dan terakhir, saya berterima kasih kepada PSSI. Seandainya tim ini yg dikirim ke Turnamen di Spanyol, kekalahan akan dijadikan sebuah pemakluman, sebab lawan-lawan yg dihadapi tidak merepresentasikan lawan yg akan dihadapi di Piala Asia Myanmar. Tapi sebagai pecinta Timnas penulis berharap agar ada intropeksi demi kajayaan garuda di masa depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar